1.
Klasifikasi
Tunarungu
a.
Klasifikasi
secara etiologis
Yaitu pembagian berdasarkan sebab-sebab, dalam hal ini
penyebab ketunarunguan ada beberapa faktok yaitu:
(1) Pada saat
sebelum dilahirkan
■ Salah satu atau kedua orangtua, mempunyai gen
sel pembawa sifat abnormal, misalnya dominat genes, recesive gen, dan
Iain-Iain.
■ karena penyakit; sewaktu ibu mengandung
terserang suatu penyakit, terutama penyakit-penyakit yang diderita pada saat
kehamilan tri semester pertama yaitu pada saat pembentukan ruang telinga.
Penyakit itu ialah rubella, moribili, dan lain-lain.
■ karena keracunan obat-obatan; pada suatu
kehamilan, ibu meminum obat-obatan terlalu banyak, ibu seorang pecandu alkohol,
atau ibu tidak menghendaki kehadiran anaknya sehingga ia meminum obat penggugur
kandungan, hal ini akan dapat menyebabkan ketunarunguan pada anak yang
dilahirkan.
(2) Pada saat
kelahiran
■ Sewaktu melahirkan, ibu mengalami kesulitan
sehingga persalinan dibantu dengan penyedotan (tang).
■ Prematuritas, yakni bayi yang lahir sebelum
waktunya. Pada saat setelah kelahiran (post natal)
(3) Pada saat
setelah kelahiran ( Post natal)
■ Ketulian yang terjadi karena infeksi,
misalnya infeksi pada otak (meningitis) atau infeksi umum seperti difteri,
morbili, dan Iain-lain.
■ Pemakaian obat-obatan ototoksi pada anak-anak.
■ Karena kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan
alat pendengaran bagian dalam, misalnya jatuh.
b.
Klasifikasi
menurut tarafnya
Klasifikasi menurut tarafnya dapat diketahui dengan tes
audiometris. Untuk kepentingan pendidikan ketunarunguan diklasifikasikan
sebagai berikut:
Andreas Dwidjosumarto (1990:1)
mengemukakan:
Tingkat I, Kehilangan kemampuan
mendengar antara 35 sampai 54 dB, penderita hanya memerlukan latihan berbicara
dan bantuan mendengar secara khusus.
Tingkat II,
Kehilangan kemampuan mendengar antara 55 sampai 69 dB, penderita kadang-kadang
memerlukan penempatan sekolah secara khusus, dalam kebiasaan sehari-hari
memerlukan latihan berbicara dan bantuan latihan berbahasa secara khusus.
Tingkat III, Kehilangan kemampuan mendengar antara 70 sampai
89_dTj,
Tingkat IV, Kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas.
Penderita dari tingkat I dan II dikatakan
mengalami ketulian. Dalam kebiasaan sehari-hari mereka sesekali latihan
berbicara, mendengar berbahasa, dan memerlukan pelayanan pendidikan secara
khusus. Anak yang kehilangan kemampuan mendengar dari tingkat III dan IV pada
hakekatnya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
dikutip dari penulis buku yaitu: Dra. Hj. T. Sutjihati Somantri, M.Si, Psi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar