A.
PERKEMBANGAN
EMOSI ANAK TUNARUGU
Kekurangan akan pemahaman bahasa lisan atau tulisan
seringkali menyebabkan anak tunarungu menafsirkan sesuatu secara negatif atau
salah dan ini sering menjadi tekanan bagi emosinya. Tekanan pada emosinya itu
dapat menghambat perkembangan pribadinya dengan menampilkan sikap menutup diri,
bertindak agresif, atau sebaliknya menampakkan kebimbangan dan keragu-raguan.
Emosi anak tunarungu selalu
bergolak di satu pihak karena kemiskinan bahasanya dan di pihak lain karena
pengaruh dari luar yang diterimanya. Anak tunarungu bila ditegur oleh orang
yang tidak dikenalnya akan tampak resah dan gelisah.
B.
PERKEMBANGAN
SOSIAL ANAK TUNARUNGU
Manusia sebagai makhluk sosial selalu memerlukan kebersamaan
dengan orang lain. Demikian pula anak tunarungu, ia tidak terlepas dari
kebutuhan tersebut. Akan tetapi karena mereka memiliki kelainan dalam segi
fisik, biasanya akan menyebabkan suatu kelainan dalam penyesuaian diri terhadap
lingkungan. Pada umumnya lingkungan melihat mereka sebagai individu yang
memiliki kekurangan dan menilainya sebagai seseorang yang kurang berkarya.
Dengan penilaian lingkungan yang demikian, anak tunarungu merasa benar-benar
kurang berharga. Dengan penilaian dari lingkungan yang demikian juga memberikan
pengaruh yang benar-benar besar terhadap perkembangan fungsi sosialnya. Dengan
adanya hambatan dalam perkembangan sosial ini mengakibatkan pula pertambahan
minimnya penguasaan bahasa dan kecenderungan menyendiri serta memiliki sifat
egosentris.
Faktor sosial dan budaya meliputi
pengertian yang sangat luas, yaitu lingkungan hidup di mana anak berinteraksi
yaitu interaksi antara individu dengan individu, dengan kelompok, keluarga, dan
masyarakat. Untuk kepentingan anaktunarungu, seluruh anggota keluarga, guru,
dan masyarakat di sekitarnya hendaknya berusaha mempelajari dan memahami
keadaan mereka karena hal tersebut dapat menghambat perkembangan kepribadian
yang negatif pada diri anak tunarungu.
Kita harus berhati-hati jika ada
pendapat bahwa ketunaan seperti tunarungu biasanya mengakibatkan kelainan dalam
penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Kalaupun terjadi, hal itu bukanlah
sebagai akibat dari kelainannya itu semata. Sebab kelainan fisik hanyalah
merupakan variabel dalam kelainan psikologis. Jadi bukanlah reaksi langsung,
melainkan hanya akibat reaksi anak dan lingkungannya tidak memahami keadaan.
Anak tunarungu banyak dihinggapi
kecemasan karena menghadapi lingkungan yang beraneka ragam komunikasinya, hal
seperti ini akan membingungkan anaktunarungu. Anak tunarungu sering mengalami
berbagai konflik, kebingungan, dan ketakutan karena ia sebenarnya hidup dalam
lingkungan yang bermacam-macam.
Sudah menjadi kejelasan bagi kita
bahwa hubungan sosial banyak ditentukan oleh komunikasi antara seseorang dengan
orang lain. Kesulitan komunikasi tidak bisa dihindari. Namun bagi anak
tunarungu tidaklah demikian karena anak ini mengalami hambatan dalam berbicara.
Kemiskinan bahasa membuat dia tidak mampu terlibat secara baik dalam situasi
sosialnya. Sebaliknya, orang lain akan sulit memahami perasaan dan pikirannya.
dikutip dari buku psikologi ABK, penulisnya Dra. H. T. sutjihati somantri, M.Si, Psi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar